Di Kampung Naga terdapat sekitar 112 rumah namun yang terisi hanyalah 109 rumah, yang lainnya adalah mesjid, ruang serba guna, dan lumbung padi . Untuk menghidari rasa iri dengki rata-rata rumah di Kampong Naga memiliki 1 ruang tamu, 1 dapur, I kamar tidur dan WC yang berada di luar rumah. Desa ini adalah desa yang subur karena masyarakatnya yang sangat merawat terhadap alam. Bertani dan berkebun adalah satu-satunya mata pencaharian mereka.
Sejarah
Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat yang masih lestari. Masyarakatnya masih memegang adat tradisi nenek moyang mereka. Mereka menolak intervensi dari pihak luar jika hal itu mencampuri dan merusak kelestarian kampung tersebut. Namun, asal mula kampung ini sendiri tidak memiliki titik terang. Tak ada kejelasan sejarah, kapan dan siapa pendiri serta apa yang melatarbelakangi terbentuknya kampung dengan budaya yang masih kuat ini. Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah "Pareum Obor". Pareum jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri berarti penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, Matinya penerangan. Hal ini berkaitan dengan sejarah kampung naga itu sendiri. Mereka tidak mengetahui asal usul kampungnya. Masyarakat kampung naga menceritakan bahwa hal ini disebabkan oleh terbakarnya arsip/ sejarah mereka pada saat pembakaran kampung naga oleh Organisasi DI/TII Kartosoewiryo. Pada saat itu, DI/TII menginginkan terciptanya negara Islam di Indonesia. Kampung Naga yang saat itu lebih mendukung Soekarno dan kurang simpatik dengan niat Organisasi tersebut. Oleh karena itu, DI/TII yang tidak mendapatkan simpati warga Kampung Naga membumihanguskan perkampungan tersebut pada tahun 1956.Adapun beberapa versi sejarah yang diceritakan oleh beberapa sumber diantaranya, pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparana ditugasi untuk menyebarkan agama Islam ke sebelah Barat. Kemudian ia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Di tempat tersebut, Singaparana oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Dalam persemediannya Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami satu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga. Namun masyarakat kampung Naga sendiri tidak meyakini kebenaran versi sejarah tersebut, sebab karena adanya "pareumeun obor" tadi.
Akses Lokasi
Kampung Naga ini terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Jika Anda berangkat dari Bandung, supaya lebih dekat dari lingkar nagreg Anda lewat jalur Garut karena kebetulan Kampung Naga ini terletaknya di Ruas Jalan Tasikmalaya - Bandung via Garut.Dari Jakarta ke Kampung Naga rutenya adalah Tol Jakarta - Cikampek -> Tol Purbaleunyi -> Gerbang Tol Cileunyi -> Nagreg -> arah Garut Kota -> Cilawu -> Lokasi Kampung Naga.
Dari Bandung ke Kampung Naga rutenya adalah Cileunyi -> Rancaekek -> Nagreg > - Leles dan Garut Kota -> Cilawu -> Lokasi Kampung Naga.
Tips Berkunjung ke Kampung Naga
1. Jika Anda pertama kali mengunjungi tempat ini sebaiknya menggunakan guide lokal, karena ketika memasuki kampung Adat ada beberapa larangan dan aturan yang harus dipatuhi. Contohnya ada beberapa tempat yang tidak boleh difoto.2. Di Kampung Naga Anda diperbolehkan menginap, namun tentunya harus tidak boleh mendadak. dan yang paling penting adalah harus tetap menjaga kesopanan dan mematuhi peraturan yang ada di Kampung Adat.
3. Karena disini tidak ada listrik, disarankan Anda membawa powerbank untuk mengisi daya Handphone atau perangkat lainnya yang menggunakan listrik
BalasHapusgila keren banget. jadi pengen kesana
.
.
.
http://www.yukbanyuwangi.co.id